Sebelum menduduki Jabatan Khilafah
Umar bin Abdul Aziz lahir pada tahun 63 H, di tahun wafatnya Ibunda
Maimunah, Isteri nabi saw. Beliau adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan
bin al-Hakam, bin al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams. Ibunya adalah Ummu
Ashim Binti Ashim bin Umar al-Khathab (yang dikenal dengan julukan Abu
Hafhs). Diriwayatkan bahwa ketika Abdul Aziz bin Marwan hendak menikahi
Umu Umar bin Abdil Aziz, Ia (Abdul Aziz) berkata kepada pengasuhnya,
kumpulkanlah untuk-ku empat ratus dinar dari hartaku yang paling bersih,
karena aku akan menikahi keluarga yang baik. Maka Ia pun menikahi Umu
Umar bin Abdil Aziz. Namanya adalah Umu Ashim binti Ashim bin Umar bin
Al-Khatab. Ashim adalah putra Umar yang menikah dengan seorang pemudi
yang menolak menambahkan air pada susu perasan ketika diperintahkan oleh
ibunya. Saat itu ia berkata kepada Ibunya, jika Umar tidak melihat kita
maka Allah pasti melihat kita. Hal itu kemudian didengar oleh Umar bin
Khatab ra. Maka ia memerintahkan salah seorang anaknya untuk menikahi
pemudi itu karena sifat amanah yang dimilikinya. Maka menikahlah ia
dengan Ashim (putra Umar bin Khatab).
Rasulullah pernah bersaksi bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah Penganut
kebaikan di masanya. Tentang hal ini Abbas bin Rasyid berkata: Umar bin
Abdul Aziz pernah mengunjungi guruku, ketika ia mau pulang, guruku
berkata kepadaku: Keluarlah kamu bersamanya dan iringilah ia. Tiba-tiba
kami menemukan seekor ular hitam yang sudah mati. Maka Umar-pun turun
dari keledainya kemudian ia menguburkan ular tersebut. setelah itu
tiba-tiba terdengar ada suara yang berteriak ” Ya Kharqa, Ya Kharqa,
aku pernah mendengar Rasululah saw bersabda kepada ular ini : ” Kamu
akan mati di tanah lapang, dan kamu akan dikuburkan oleh penduduk bumi
paling baik saat itu”. Maka Umar berkata: Aku memohon kepada-mu,jika
kamu bisa tampak maka perlihatkanlah dirimu kepadaku. Suara itu berkata
“Aku adalah salah seorang dari sembilan orang yang membaiat Rasulullah
saw di lembah ini. dan aku pernah mendengar Rasulullah saw mengatakan
perkataan tadi kepada ular ini. Maka Umar-pun menangis hingga ia hampir
terjatuh dari tunggangannya. Kemudian Ia berkata: Aku memohon kepada-mu
“jangan beritahukan hal ini kepada siapa-pun hingga aku dikuburkan.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa ia sering sekali mengatakan
” saya sangat ingin mengetahui siapa dari keturunan Umar yang pada
wajahnya terdapat tanda, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan. Begitu
juga diriwayatkan bahwa Umar bin Khatab juga pernah berkata: saya ingin
sekali mengetahui, siapa yang memiliki tanda di mukanya dari
keturunanku,yang akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi
saat itu telah dipenuhi dengan kejahatan. Diriwayatkan bahwa suatu
ketika, hewan peliharaan ayah Umar bin Abdul Aziz pernah menendangnya
hingga ia terluka. Maka saat itu Ayahnya mengusap darah dari wajahnya
sambil berkata: “Aku sangat bahagia, jika kamu adalah orang yang terluka
wajahnya di antara Bani Umayah”.
Suatu hari Umar bin Abdul Aziz datang ke Madinah, kemudian istirahat
di rumah Marwan. Ketika usai menunaikan Shalat Zhuhur, ia mengundang
sepuluh orang Ulama ahli Fiqh di Madinah. Maka mereka-pun menemuinya.
Berkatalah Umar: Aku mengundang anda semua hanya karena satu perkara, di
mana anda semua akan mendapat pahala karenanya dan dengan perkara itu
anda semua akan menjadi pembela kebenaran. Aku tidak mau memutuskan satu
perkara-pun kecuali dengan pendapat anda semua atau salah seorang yang
hadir dari anda semua. Jika anda semua melihat ada seseorang yang
berbuat zalim atau sampai berita kepada anda semua bahwa salah seorang
kepala daerah-ku melakukan kezaliman, maka sampaikanlah kepadaku. Maka
para ulama itu pulang, sambil berdoa ” semoga Allah membalasanya dengan
kebaikan.
Umar pernah mengoreksi dan menasehati Khalifah al-Walid bin Marwan.
Ia pun pernah mengoreksi prilaku al Hajaj, di mana hal ini menimbulkan
permusuhan antara beliau dan al-Hajaj. Mu’jizat Islam saat itu, yaitu
Umar bin Abdul Aziz telah mampu menembus penutup yang mencekam yang
menyelimuti diri bani umayah. Umar meneriakkan kebenaran, seraya
bertaubat dan membersihkan diri dari kezaliman dan dosa-dosa di masa
bani Umayah. Ia berhasil menentang para penguasa diktator dan penindas
saat itu. Yang paling terdepan adalah Al-Hajaj bin Yusuf al-Tsaqafi.
Meski semua kaum bani umayah tanpa kecuali segan terhadap umar dan
menghormatinya, namun mereka tidak kuat menempuh jalan yang ditempuhnya.
Dan Al-Hajaj pun mulai menyusun konspirasi dan tipu dayanya, maka ia
menghasut Khalifah Al-Walid untuk menghukum keponakannya, suami, suadara
perempuannya dan gurbenurnya di Hijaz “Umar bin Abdil Aziz. Hajaj
mengirim surat kepada Khalifah melaporkan bahwa Umar telah menyambut dan
melindungi orang-orang yang dipanggil oleh al-Hajaj untuk di hukum
karena mereka telah berkonspirasi melawan bani Umayyah. Khalifah Walid
pun memanggil Umar dan berkata: apa pendapatmu tentang orang yang
mencaci maki para Khalifah? Apakah ia boleh dibunuh? Umar diam. Maka
al-Walid bertambah tidak senang, ia kembali bertanya: apa pendapatmu
tentang orang yang mencaci-maki khalifah? Apakah ia boleh dibunuh? Maka
Umar bin Abdul Azizi berkata -dengan keimanan yang benar, tanpa ragu dan
takut tehadap akibat dari perkatannya ” apakah anda akan membunuh nyawa
tanpa hak, wahai Amirul Mukminin?” Al-Walid berkata: Tidak akan. Tapi
mencaci maki para khalifah dan meremehkan kehormatan mereka adalah
perbuatan keji). Umar berkata: Kalau begitu hukumlah ia karena telah
meremehkan kehormatan Khalifah jangan dibunuh. Maka Khalifah al-Walid
secara terpaksa dan murka akhirnya memerintahkan untuk mengakhiri
pertemuan saat itu. Maka Umar-pun pergi, sambil menunggu hukuman yang
akan diberikan kepadanya, seraya berkata: Aku meninggalkan khalifah,
tidak ada angin yang berhembus kecuali aku menduganya bahwa ia adalah
utusan Khalifah yang akan memanggilku untuk dibawa ke hadapannya.
Kemudian Umar diberhentikan dari Jabatannya sebagai Gubernur Hijaz. Maka
ia pindah menuju Madinah. Ketika ia sampai ke Madinah: Ia berkata
kepada mantan budaknya “Muzahim”: Wahai Muzahim, aku khawatir termasuk
orang yang akan mengotori Madinah dikeluarkan darinya sebagaimana sabda
Rasulullah saw: “Bahwa Madinah akan mengusir kotoran yang ada di
dalamnya”. Maka Muzahim meyakinkan Umar bahwa kekhawatirannya tidak akan
terjadi. Keduanya-pun berlalu hingga beristirahat di satu tempat yang
bernama Suwaida di Syam. Di tempat itu Umar banyak menghabiskan
masa-masa pengasingannya. Saat itu terbersitlah dalam benaknya apa yang
diwasiatkan oleh bapaknya ” Abdul Aziz bin Marwan” : Bertakwalah
kepada Allah, perbaguslah niatmu (tekad bulat-mu) dalam beramal, karena
tidak ada agama bagi orang yang tidak punya niat, aturlah keuanganmu
dengan baik, karena tidak akan ada harta bagi orang yang tidak
mengaturnya dengan baik, santunlah terhadap orang kamu gauli, karena
tidak ada kehidupan bagi orang yang tidak santun, kalahkanlah keinginan
syahwatmu, karena tidak ada akal bagi orang yang tidak bisa mengalahkan
hawa-nafsunya.
Umar menjadikan masa-masa pengasingannya ini sebagai latihan untuk
hidup zuhud, sederhana dan berjihad membela kebenaran. Setelah wafatnya
Khalifah al-Walid maka Kekhilafahan dipimpin oleh saudaranya
“Sulaiman”. Khalifah ini keadanhya lebih baik dari al-Walid. Meski ada
rasa hormat dan cinta yang disembunyikan dalam diri Khalifah “Sulaiman”,
namun ia tetap khawatir kalau mengangkat Umar sebagai Gubernur. Ia
lebih memilih tetap menjadikannya sebagai saudara, atau paling tidak
sebagai penasehatnya.
Pada suatu hari Khalifah Sulaiman bersama dengan Umar bin Abdul Aziz
untuk mengunjungi markas pasukan. Dalam keheningan Khalifah berkata: apa
pendapatmu wahai Umar tentang yang kamu lihat saat ini?. Umar berkata:
aku melihat semua ini adalah dunia yang salaing memakan satu sama lain,
sedangkan anda adalah penanggung jawabnya.
Ketika Khalifah Sulaiman bin Abdil Malik jatuh sakit, dan ia ingin
menunjuk seorang kahlifah penggantinya, saat itu anak-anaknya masih
kecil. Maka ia meminta saran dari Roja bin Haiwah. Ia bertanya
kepadanya: Siapa orang yang harus aku tunjuk. Roja bin Haiwah berkata:
Umar Bin Abdil Aziz. Roja-pun menyampaikan pandangannya secara
terperinci. Maka Khalifah Sulaiman menyetujuinya dan berkata: Aku akan
memilih seorang Khalifah dan Syaithan sedikit-pun tidak akan mendapatkan
bagian.
Umar bin Abdul Aziz pernah bermimpi melihat Rasulullah saw, dan
bersabda: Mendekatlah wahai Umar. Maka mendekatlah Abu Hafsh hingga ia
takut menimpanya. Maka Rasulullah bersabda: Jika engkau memimpin,
buatlah suatu amal seperti amalnya dua orang ini. Tiba-tiba ada dua
orang yang mendampingi beliau saw. Umar bin Abdul Aziz berkata: Siapakah
dua orang ini?. Rasulullah saw berkata: Ini Abu bakar dan Ini Umar.
Menuntut Ilmu
Umar bin Abdul Aziz menuntut ilmu dan banyak bertanya kepada Ulama
dan meminta saran dari mereka. Diriwayatkan bahwa bapaknya, Abdul Aziz
pernah mengirin Umar ke Madinah untuk belajar adab. Beliau menulis surat
kepada Shalih bin Kaisan agar memperhatikannya. Maka Shalih-pun
memperhatikan shalatnya, mengajarkannya urusan agama dan dunia. Umar pun
pernah belajar kepada Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah dan banyak
mendengarkan ceramah-ceramahnya. Umar pernah berkata: dahulu aku telah
menyertai orang-orang besar dan menuntut ilmu yang paling mulia. Ketika
aku diberi amanah menjadi pemimpin, aku merasa butuh untuk belajar
ilmu-ilmu yang biasa, karena itu, pelajarilah ilmu itu semuanya, baik
yang bagusnya maupun yang buruknya dan yang rendahnya.
Diriwayatkan bahwa Umar pernah menangis ketika masih kecil, saat itu
ia telah hafal al-Qur’an. Maka Ibunya berkata: apa yang menyebabkanmu
menangis?. Umar berkata: aku ingat terhadap al-Qur’an maka aku menangis.
Ibunyapun menangis karenanya.
Ketika umar telah menjadi seorang pemuda, maka ia menjadi kepala
daerah (amir) di Madinah. Saat itu ia adalah seorang pemuda yang tegap
dan gagah. Ketika ia ditunjuk menjadi Khalifah, datanglah Muhammad bin
Ka’ab al-Qurzhi menemuinya. Kemudian ia memandangi tubuh Umar, Maka Umar
berkata: ada apa dengan mu?. Mumammah bin Ka’ab berkata: aku sangat
terkesan warna kulitmu, lebatnya rambutmu, dan tegapnya badanmu. Umar
berkata: Wahai Ibnu Ka’ab apa pendapatmu jika engkau melihatku setelah
tiga hari dikubur?, yakni ketika dua bola mataku jatuh dari kelopak
mataku, ketika meleleh nanah dan ulat dari hidung dan mulutku. Saat itu
anda akan terheran-heran melihat-ku?
Ketika Umar menjadi Khalifah, ia memanggil Salim bin Abdillah dan
Muhammad bin Ka’ab al Qurzhi dan Roja bin Haiwah, ia berkata: Aku telah
diuji dengan urusan ini, nasihatilah aku…, Maka Salim berkata: Jika anda
ingin selamat dari adzab Allah maka hendaklah jadikanlah orang yang
paling tua di antara kaum muslimin sebagai bapakmu, yang pertengahan di
antara mereka jadikanlah sebagai saudara-mu dan yang paling muda
jadikanlah sebagai anakmu. Maka hormatilah bapak-mu, Muliakanlah
saudaramu dan Sayangilah anak-mu. Roja bin Haiwah berkata: Jika anda mau
selamat dari Neraka, maka cintailah kaum muslimin sebagaimana anda
mencintai diri sendiri, dan bencilah untuk kaum muslimin apa yang anda
benci untuk dirimu sendiri, kemudian setelah itu, silahkan anda mati
sesukamu.
Di antara ilmu yang berhasil dicapainya adalah ia telah menulis sanad
hadits meriwayatkannya dari sekelompok sahabat Nabi, dari beberapa
tabi’in. di antaranya adalah Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Abdullah
bin Ja’far, Ibnu Abi Salamah al-Makhzumi, Saib bin Zaid, Abdullah bin
Salam. Ia pun telah menerima hadits dari beberapa sahabat seniornya,
diantaranya adalah Ubadah bin Shamit, Tamim ad-Daari, al-Mughiroh bin
Syu’bah, Aishah ra, Umi Hani dan Khaulah binti al-Hakam.
Shalat Umar bin Abdul Aziz adalah shalat yang paling mirip dengan
shalatnya Rasulullah saw. Anas bin Malik pernah berkata: Aku tidak
melihat seorang Imam yang lebih mirip shalatnya dengan shalat Rasulullah
saw dari pada imam kali ini. Umar bin Abdul Aziz tidak memperpanjang
bacaan, Ia selalu menyempurnakan ruku dan sujudnya, dan meringankan saat
berdiri dan duduk. Ia sangat fasih dan berilmu. Maimun bin Mahron
berkata: Kami mendatangi Umar bin Abdil Aziz, kemudian kami menduga
bahwa ia akan membutuhkan kami. Ternyata kami di dekatnya laksana
murid-muridnya. Ia adalah gurunya para ulama.
Pengangkatan sebagai Khalifah
Umar diangkat menjadi Kahlifah pada tahun 99 H, pada hari wafatnya
Khalifah Sulaiman bin Abdil Malik. Khalifah Sulaiman telah mewasiatkan
kekhilafahan kepada Umar ketika ia ditimpa sakit demam. Saat itu
puteranya ‘Ayub masih kanak-kanak, belum baligh”. Anaknya yang lain Daud
hilang di konstantinopel. Khalifah Sulaiman tidak menemukan yang lain
sebagai calon khalifah kecuali Umar bin Abdul Aziz. Berikut ini adalah
teks surat pengangkatan Umar sebagai Khalifah ” Dengan menyebut nama
Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, ini adalah surat
(keputusan) dari hamba Allah” Sulaiman” sebagai Amirul Mukminin kepada
Umar bin Abdil Aziz. Aku telah mengangkatnya sebagai Khalifah setelahku.
Kemudian setelahnya akau angkat Yazid bin Abdil Malik. Maka dengarlah
ia, taatilah, bertakwalah kepada Allah, jangalah kalian berselisih
karena jika berselisih kalian akan jadi mangsa musuh-mush kalian”
Ketika Sulaiman wafat dan sudah dikafani, ia dishalatkan dengan
diimami oleh Umar. Ketika penguburan jenazahnya telah selaesai,
dibawalah ke hadapan Umar bin Abdul Aziz beberapa tunggangan khas
khilafah, yakni berupa unta dan kuda. Maka Umar berkata: Apa ini?.
Orang-orang menjawab: ini adalah kendaraan Khalifah. Maka Umar berkata:
Jauhkan kendaraan itu dariku, aku tidak membutuhkannya. Kemarikanlah
keledaiku. Maka ia-pun menaikinya dan pulang ke rumah dalam keadaan
bingung. Pelayannya berkata: Nampaknya anda sedang bingung, ada apa
gerangan?. Umar-pun berkata: Aku bingung karena urusan seperti ini
(maksudnya kekhilafahan). Sungguh tidak ada satu umat Muhammad-pun di
timur dan barat kecuali ia memiliki hak yang wajib aku tunaikan, tanpa
harus menunggu ia menyuratiku atau menuntutnya dari-ku.
Khutbah Setelah Pengangkatan sebagai Khalifah
Khulafaur Rasyidin ke lima masuk masjid, kemudian naik mimbar dan
berkata: “Wahai saudara-saudara! Aku telah diuji untuk memegang tugas
ini, tanpa meminta pandanganku terlebih dahulu dan bukan juga
permintaanku serta tidak dibincangkan bersama dengan umat Islam.
Sekarang aku membatalkan baiah yang kalian berikan kepadaku dan pilihlah
seorang Khalifah yang kalian sukai”. Tiba-tiba orang-orang serentak
berkata: “Kami telah memilihmu, wahai Amirul Mukminin dan kami ridho
kepadamu. Maka uruslah urusan kami dengan kebaikan dan keberkatan”.
Diriwayatkan bahwa ketika Umar diangkat sebagai Khalifah, ia naik
mimbar dan bekata: Wahai saudara-sauadara sekalian, sungguh aku telah
diangkat memegang tugas ini dan anda semua memiliki pilihan. Ketika ia
turun maka orang-orang serentak berteriak: Kami telah memilih anda wahai
Amirul Mukminin, kami telah ridho kepada-mu. Kemudian Umar naik lagi ke
mimbar: ia menyampaikan pujian sanjungan kepada Allah, dan membacakan
shalawat kepada nabi SAW dan berkata: Aku berwasiat kepada anda semua
untuk bertaqwa kepada Allah. Karena takwa kepada Allah adalah pengganti
segala perkara, dan tidak bisa diganti dengan apapun. Beramalah untuk
akhirat,karena siapa saja yang beramal untuk akhiratnya maka Allah pasti
mencukupi dunianya. Bereskanlah keadaan kalian ketika tidak ada
siapa-siapa, niscaya Allah akan membereskan keadaan kalian ketika
bersama orang banyak. Ingatlah kematian dan bersiap-siaplah dengan baik
(untuk menyambut kematian), sebelum benar-benar kematian itu datang,
karena kematian akan menghancurkan segala kenikmatan. Sungguh umat ini
tidak akan berselisih karena Rab-nya,tidak karena nabi-Nya dan tidak
karena kitab-Nya, mereka hanya akan berselisih karena dinar dan dirham
(harta). Sungguh demi Allah, aku tidak akan memberikan kebatilan kepada
siapapun, aku tidak akan menghalangi kebenaran dari siapapun. Kemudian
ia meninggikan suaranya (berteriak): Wahai saudara-saudara…, siapa saja
yang taat kepada Allah, maka ia wajib ditaati. Siapa saja yang maksiat
kepada Allah maka tidak boleh ditaati. Karena itu, taatilah aku selama
aku taat kepada Allah. Jika aku maksiat kepada Allah maka anda semua
tidak wajib taat kepadaku”.
Kemudian Umar masuk ke rumah (istana). Ia memerintahkan agar semua
hiasan istana ditanggalkan. Baju-baju kebesaran khalifah ia jual dan
hasil penjualannya dimasukan ke baitul mal. Ia memerintahkan agar
diumumkan ke khalayak bahwa : siapa saja yang telah dizhalimi hendaklah
ia melaporkannya. Umar tidak membiarkan sedikitpun kekayaan yang ada
pada kekuasaan Sulaiman dan apa yang ada di tangan orang-orang yang
zalim kecuali ia kembalikan kepada pihak-pihak yang terzalimi.
Masyarakat-pun merasa senang dengan kepemimpinannya.
Diceritakan bahwa ketika Umar bin Abdul Aziz selesai berpidato, ia
masuk ke dalam rumah untuk beristirahat tidur siang sebentar (qailulah).
Tiba-tiba datanglah putra-nya Abdul Malik. Ia bertanya-tanya keheranan:
Wahai Amirul Mukminin, apa yang akan anda lakukan? . Umar berkata:
Wahai anak-ku. Ayah ingin beristirahat tidur siang sebentar. Maka Abdul
Malik berkata: Apakah anda bisa tidur sementara anda belum mengembalikan
hak-hak orang-orang yang terzalimi?. Umar-pun berkata: Wahai anaku,
tadi malam ayah tidak tidur di rumah paman-mu “Sulaiman”. Nanti jika
ayah sudah shalat Zhuhur, ayah akan mengembalikan hak-hak orang yang
terzalimi. Sang anak-pun berkata: Wahai Amirul Mukminin, apakah anda
bisa menjamin bahwa anda bisa hidup sampai waktu zhuhur?. Maka Umar bin
Abdil Aziz berkata: mendekatlah wahai anak-ku sayang..Maka Adul
Malik-pun mendekat. Kemudian Umar memeluknya dan mencium keningnya,
seraya berkata: Segala puji hanya milik Allah yan telah mengeluarkan
dari tulang rusuk-ku keturunan yang menjadi penolongku dalam menjalankan
agama.
Umar Bin Abdul Aziz termasuk al-Khulafa al-Rasyidun Al-Mahdiyyuun
Ali bin Husain berkata: Khulafa al-Mahdiyyin ada tujuh orang, 5 orang
telah berlalu, dan tersisa dua orang lagi. Mereka adalah : Abu Bakar,
Umar, Ustman, Ali, Umar bin Abdul Aziz. Ahmad bin hanbal berkata: Allah
akan membangunkan bagi manusia pada setiap seratus tahun orang yang
memperbaiki agama bagi umat ini. Maka kami melihat seratus tahun
pertama adalah Umar bin Abdul Aziz. Pada seratus tahun kedua adalah Imam
Syafi’i.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemimpin yang adil.
Masyrakat-pun merasakan keadilan ini, mereka melihatnya sendiri dan
membicarakannya. Umar pernah berkata kepada rakyatnya: Pulanglah ke
negeri kalian, aku bisa melupakan kalian di sini. Sungguh aku telah
mengangkat para kepala daerah untuk kalian, aku tidak mengatakan bahwa
mereka adalah yang terbaik. Siapa saja yang dizalimi oleh kepala
daerah-ku maka aku tidak akan mengizinkannya kecuali aku melihat
kezalimannya. Demi Allah jika aku dan keluargaku menghalangi harta ini
kemudian aku menghalanginya dari kalian maka sungguh aku pasti akan
termasuk orang yang kikir. Demi Allah andai saja aku tidak hidup sesuai
dengan sunnah dan tidak menjalankan kebenaran maka pasti aku mencintai
keluhuran (aku akan bermegah-megahan).
Umar bin Abdul Aziz pernah mengirim para amil untuk mengajarkan agama
kepada masyarakat pedalaman dan membagikan harta. Robbah bin Hibban -ia
adalah amil di Madinah- berkata: tidak datang surat-surat kepada kami
dari Umar kecuali untuk menghidupkan Sunnah, membagikan harta atau
perkara yang baik. Beliau selalu menanyakan tentang keadaan semua kaum
muslimin. Suatu hari datanglah sekelompok orang dari Madinah. Khalifah
Umar bertanya kepada mereka: apa yang dilakukan oleh orang-orang miskin
yang tinggal di daerah ini.., Maka mereka berkata: Wahai Amirul Mukminin
: mereka telah dikayakan oleh Allah karena harta yang engkau berikan
dari baitul mal.
Diceritakan ada sekelompok orang yang naik haji mengirim surat
kepada Khalifah umar agar Ia memerintahkan pegawainya untuk menutupi
bait al-haram, sebagai mana dilakukan oleh pemimpin sebelumnya. Maka
Umar-pun menulis surat jawaban kepada mereka yang isinya: bahwa aku
memandang lebih baik biaya untuk itu (menutupi ka’bah) aku berikan untuk
menutupi perut-perut yang lapar. Umar selalu mengirim harta negara
untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Namun harta tersebut
dikembalikan lagi karena tidak ada yang mau menerimanya (karena sudah
kaya). Umar benar-benar telah mengkayakan masyarakatnya. Di masanya,
Umar mencetak uang pecahan dan terdapat tulisan ” Amarollohu bilwafaa
wal-adl ” artinya Allah memerintahkan untuk menunaikan amanah dan
berbuat adil.
Ibadahnya
Umar bin Abdul Aziz memiliki sebuah peti yang berisi baju yang
terbuat dari bulu dan rantai. Ia memiliki kamar khusus untuk shalat yang
tidak dimasuki oleh orang lain. jika telah datang waktu malam, maka ia
membuka petinya dan memakai baju serta meletakkan belenggu dilehernya.
Ia terus-menerus bermunajat kepada Rabb-nya dan menangis hingga terbit
fajar. Khalifah Umar biasa meningkatkan kesungguhanyya setelah wakti
Isya paling akhir sebelum witir. Jika telah witir ia tidak berbicara
dengan siapapun. Ia selalu berpuasa senin-kamis, sepuluh pertama bulan
dzulhijjah, hari asyura, dan hari arafah. Ia selalu melihat mushaf
setiap hari namun tidak sering.
Menangis dan Takut oleh Allah
Suatu hari ada seorang lelaki bernama Ibnu al-Ahtam menemui Umar bin
Abdil Aziz, ia terus menerus menasehatinya maka umarpun menangis hingga
terjatuh pingsan. Jika beliau membaca al-Qur’an maka pasti menangis.
Diriwayatkan bahwa suatu hari Umar menangis bersamanya ada Fatimah. Maka
menangislah penghuni rumah. Masing-masing dari mereka tidak mengetahui
kenapa yang lain menangis. Kemudian Fatimah bertanya: Wahai Amirul
Mukminin karena apa engkau menangis?. Wahai Fatimah aku teringat akan
perginya manusia kelak di hari kiamat di hadapan Allah, segolongan pergi
ke Surga dan segolongan lagi ke Neraka. Kemudian Umar berteriak dan
pingsan. Setiap malam Khalifah Umar selalu mengumpulkan Fuqaha, mereka
mengingatkan akan kematian dan hari kiamat, kemudian mereka menangis,
seolah-olah di antara mereka ada Jenazah. Jika Umar ingat mati maka ia
akan bergetar seperti menggigilnya burung yang kedinginan. Ia menangis
hingga air matanya berlinang membasahi janggutnya.
Wafat dan Wasiatnya kepada Anak-anaknya
Ketika Umar bin Abdil Aziz akan wafat, datanglah sepupu dan mertuanya
“maslamah bin Abdil Malik”, ia berkata: Wahai Amirul Mukminin: sungguh
engkau telah memutuskan mulut anakmu dari harta ini, engkau telah
meninggalkan mereka dalam keadaam miskin. Karena itu harus ada sesuatu
yang bisa memperbaiki kehidupan mereka. Jika engkau berwsiat untuk
mereka kepada-ku atau kepada keluarga-mu maka niscaya aku akan menjamin
biaya mereka, Insya Allah. Maka Umar berkata: dudukanlah aku. Maka
mereka-pun mendudukannya. Umar-pun berkata: segala puji hanya milik
Allah, apakah karena Allah anda menakut-nakutiku wahai Masalamah. Adapun
yang engaku katakan bahwa aku telah menghalangi mulut anak-anakku dari
harta dan aku telah meninggalkan mereka dalam keadaan miskin, maka
sungguh aku tidak menghalangi hak mereka dan aku tidak memberikan kepada
mereka sesuatu yang bukan haknya. Adapun permintaanmu agar aku
berwasiat kepada-mu atau keluargaku maka wasiatku untuk keluargaku
adalah Allah yang telah menurunkan al-Qur’an. Dialah yang akan mengasihi
orang-orang yang shalih. Keturunan Umar hanyalah dua golongan. Pertama
orang yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan meberikan kemudahan
dalam segala urusannya dan akan memberikan rizki dari yang tidak
terduga. Kedua adalah kelompok yang terbenam dalam kemaksiatan, maka aku
tidak akan menjadi orang pertama yang mendukung mereka dengan harta
untuk maksiat kepada Allah. Kemudian Umar minta agar anak-anaknya
dipanggil. Maka datanglah sekitar sepuluh orang anak laki-laki, maka
ia-pun mulai memberikan nasihat, seraya berkata: Wahai anak-anakku ayah
cenderung pada salah satu di antara dua: yaitu kalian menjadi orang kaya
dan ayah kalian masuk neraka atau kalian menjadi faqir dan ayah kalian
masuk Surga. Maka jika kalian fakir dan ayah masuk surga lebih ayah
cintai dari pada kalian kaya sementara ayah masuk neraka. Wahai
anak-anaku berdirilah semoga Allah menjaga kalian dan memberi rizki.
Sumber :https://hizbut-tahrir.or.id/2010/09/29/khalifah-umar-bin-abdul-aziz-pemimpin-yang-amanah-dan-taat/
Terima kasih, semoga bermanfaat..
H A M D A N I
Khalifah Umar bin Abdul Aziz: Pemimpin yang Amanah dan Taat
Panca
●
01/02/17
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search this blog
Blogger templates
Popular Posts
-
Angka koordinat lokasi bumi dibagi menjadi 3 format, koordinat di Google Maps berbeda dengan den...
-
Sebelum kamu melamar kerja, pasti kamu akan membuat CV ( Curriculum Vitae ) alias ...
-
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.. Rabb yang Maha Mengetahui lagi Maha Member...
-
TAMPILAN ANDROID Saat ini Android merupakan pasar besar dibidang teknologi handset, terbukti dengan banyaknya vendor terkemuka yang ber...
-
Pengertian Internet Internet ( Interconnection Networking ) adalah dalah kumpulan dari jaringan komunikasi global yang terbuka dan meng...
-
Bangsa yang ingin memiliki pemimpin yang jujur dan amanah di masa depan, haruslah dimulai dari generasi mudanya. Generasi muda yang merupak...
-
Kita semua tentunya pernah mengunjungi suatu website bukan? Entah itu website sekolah atau website pendidikan, website media sosial seperti...
-
ANDROID Saat ini siapa yang tak kenal Android? Operating Sistem dengan maskot ‘Robot Hijau’ ini tengah populer dikalangan masyarakat se...
-
Bagi kita pengguna smartphone, tentu kita memiliki koleksi aplikasi di memori. Dengan banyaknya aplikasi yang kita unduh dari Play S...
-
Dalam sebuah majelis yang digelar dan ustaz Yusuf Mansur menjadi penceramahnya, beliau mengutarakan bahwa ada 10 dosa besar yang bisa mengha...
0 komentar:
Posting Komentar
Harap isi kolom komentar dengan baik.
Kritik dan saran membangun akan sangat bermanfaat.